Archive for Agustus 20, 2009

Mentereng us d CkUl

Aneh ya,,

k0q bsa ad mtr yang mentereng d dunia,,

pdhl kan qT tw g’ ada yang namanya ngjrng twpun mTr mentereng. kan semua mtr t sma aja…

Tp jujur dech,,,

yang ini nich beda…,

motornya th bener2 ngjreng+mentereng+Kincl0ng.

pokoknya bersih stiap saat, gak ada kotornya. ada sich ada, tp kNpa y………

g’ kelihatan lho….

kotornya,,

aneh ya…….

Tw g’ kalau Qm pgi cKul, aQ ma Temen Q t slalu nyari’n ngjreng, mentereng ma kinclong (1 barang tuch Hheeee)

iIch Pkknya Qm t slalu ngincer yang namanya ngejreng………

your motorcycle is soooo0oooo ngjreng, mentereng, ma kinclong….

andai orangnya se ngjreng mTrnya,,,

pasti dech…………………..

Tinggalkan sebuah Komentar

Ditanya Putri Titian, Vidi Aldiano Mati Gaya

JAKARTA – Vidi Aldiano dekat dengan Putri Titian. Bahkan keduanya dikabarkan tengah menjalin tali kasih.

Namun, saat disinggung mengenai kedekatan dengan pemain sinetron ini, Vidi mengelak. “Itu cuma gosip aja. Kita memang berteman dan tidak ada yang lebih,” ujar Vidi usai manggung di Parkir Timur Senayan, Jumat (31/7/2009).

Pelantun Status Palsu ini tidak menepis kalau dia dan Putri memang dekat, sering ngobrol bareng, dan sering curhat, namun semuanya dilakukan tidak lebih dari batasan teman saja.

Menurut Vidi, Putri masuk dalam kriteria Vidi sebagai teman. “Buat aku tidak ada yang spesifik, smart, dan feminism. Sejauh ini aku masih merasa nyaman sebagai teman saja,” paparnya.

Saat dikerjai Raffi Ahmad di atas panggung dalam acara ‘Festival Ramadan XL Rame’, Vidi mengaku kaget dan mati gaya karena merasa dijebak. “Lagian aku dan putri beda dunia. Saya yakin kami berdua tidak bakal jadian,” tandasnya.

Tinggalkan sebuah Komentar

Tumbuhan pun Bisa Mengenali Saudaranya

CALIFORNIA – Tak hanya manusia yang bisa mengenali dan menunjukkan kasih sayang dengan saudaranya, tumbuhan pun demikian. Ilmuwan dari Universitas California, Amerika dan Universitas Kyoto, Jepang telah menemukan sifat alamiah tumbuhan yang unik ini.

Richard Karban dan Kaori Shijiori mencoba mengadakan penelitian dengan cara menyetek tumbuhan bernama Artemisia tridentate. Tumbuhan ini merupakan jenis sagebrush yang normalnya tidak bereproduksi dengan memperbanyak diri.

Sebagian potongan stek ditempatkan di dekat tumbuhan induk yang merupakan satu klon dan satu genetik. Sementara sebagian lainnya didekatkan dengan sagebrush yang bukan berasal dari genetik yang sama.

Tanaman ini kemudian dibiarkan tumbuh liar di Sagehen Creek Natural reserve di Universitas California. Para peneliti memotong setiap klon yang mereka tanam, seolah-olah itu adalah kerusakan yang disebabkan oleh herbivora alami seperti belalang.

Setelah dibiarkan tumbuh selama satu tahun, tanaman yang tumbuh di samping klon mereka yang mengalami kerusakan, lebih sedikit menderita kerusakan yakni 42 persen lebih sedikit dari mereka yang tumbuh di dekat tanaman rusak yang tidak satu genetik.

Tanaman-tanaman yang dipotong ini sepertinya memberikan sinyal kepada saudara mereka yang identik secara� genetik bahwa ada serangan yang mengancam. Sehingga tanaman yang diberikan sinyal segera melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya sendiri. Tetapi mereka tidak memperingatkan tanaman lain yang tidak satu genetik dengannya. Demikian keterangan yang dikutip dari BBC, Minggu (6/6/2009).

Tinggalkan sebuah Komentar

Inilah Percakapan Satpam JW Marriott dengan Teroris Sebelum Bom Meledak

bom_jakarta-17-07-2009-01 Pukul 07.45 pagi itu Dikdik Ahmad Taufik, 39 tahun, baru saja berganti tugas menjadi Supervisor Keamanan di lantai utama Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan. Tugas utama dia pagi itu, mengawas dan melayani para tamu hotel di Lounge Syailendra yang sedang sarapan. Dari arah lobi hotel, dia melihat seorang lelaki berwajah oval, kurus, dan tinggi badan sekitar 170 centimeter. Dari penampilannya, tidak ada yang mencurigakan dari pria yang saat itu bertopi dan berjas hitam. “Awalnya barang bawaannya yang menarik perhatian saya,” kata Dikdik kepada wartawan yang menjenguknya di Rumah Sakit Jakarta, Jumat (18/7).

Pria itu membawa koper beroda yang ditarik, dan tas ransel besar yang diletakkan di depan tubuhnya. Dikdik mengira pria yang baru pertama kali dilihatnya itu hendak check out dari hotel. Saat itu ia mulai merasa curiga dengan pria itu. “Kalau mau check out mengapa arahnya tidak ke kasir, malah ke lounge,” batinnya.

Ia pun menuntaskan rasa curiganya dengan menyapanya, dan Dikdik ingat betul percakapan itu. “Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?,” katanya kepada pria itu. “Pagi, saya mau bertemu bos saya di dalam,” kata pria itu. Dikdik lalu membalas, “kira-kira ada perlu apa, pak?” Lalu pria itu menjawab, “Ingin mengantar pesanan ke bos saya itu,” jawabnya lagi.

Karena merasa tidak ingin mengganggu tamu hotel, ia tidak melanjutkan percakapan itu. “Jika memang benar bosnya di dalam, saya tidak ingin dikomplain tamu,” kata Dikdik sambil terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.

Lalu dia memanggil seorang temannya, juga seorang petugas keamanan, yang saat itu berada di belakang mereka untuk membantu pria itu menemui bosnya. Ia sempat melihat pria itu celingak-celinguk di depan pintu lounge, dan memegang telepon seluler. “Karena merasa sudah ada teman yang menangani, saya lalu pergi,” katanya.

Baru saja ia berjalan beberapa langkah menuju lobi, tiba-tiba terdengar suara ledakan. “Kuping saya berdenging, tapi tidak pingsan,” katanya. Setelah bunyi ledakan, ia sempat melarikan diri dan melihat banyak debu beterbangan. Dan baru sadar kakinya sudah tertindih steeling toko hingga terluka. Sementara temannya yang bertugas menemani pembawa bom itu, meski selamat tapi terluka parah.

Kini ia dirawat di kamar 359 A Rumah Sakit Jakarta, Jakarta Selatan. Kedua tangannya diperban dan dipasangi infus. Wajahnya terdapat luka lecet akibat serpihan ledakan. Ia merasa beruntung, tidak terluka parah. Bahkan dokter menyatakan kupingnya normal meski mendenghar suara bom dari jarak dekat. “Hanya punggung saya sakit karena terlontar gelombang ledakan,” katanya.

Ia juga sempat mengoreksi rekaman CCTV detik-detik ledakan yang ditayangkan televisi. “Rekaman itu sudah diedit,” katanya. Di rekaman itu, Dikdik dan temannya berada di terlihat gelap, yang dituju si pembawa bom. Yaitu pintu menuju Lounge Syailendra. Wilayah itu terlihat gelap di CCTV, “karena memang kurang cahaya,” kata Dikdik.

Di tayangan televisi, saat pria itu masuk ke daerah yang terlihat gelap, langsung terlihat ada ledakan. Harusnya, kata Dikdik, ada waktu sekitar satu menit sebelum ledakan terjadi. Yaitu saat terjadi dua penggal percakapan antara dirinya dengan si pembawa bom. “Peristiwanya memang berlangsung cepat,” kata pria yang sudah bekerja sejak tahun 2001 di Hotel JW Marriott ini.

Ia mengaku tidak bisa menjelaskan detail wajah si pelaku. Namun bila melihat foto pelaku, ia bisa mengenalinya. “Saat ini saya bersyukur bisa selamat dari ledakan ini,” kata pria yang juga mengalami pemboman hotel tempatnya bekerja pada tahun 2003 lalu.

Tinggalkan sebuah Komentar